나디아의 블로그에 오신 것을 환영합니다 / Welcome to Nadia's Blog

Selasa, 03 Desember 2013

Dambaan Hati #Cerpen

Dambaan Hati

Udah setahun ngejomblo. Tapi, semua itu berubah ketika dia datang dalam kehidupanku. Ia memberikanku kebahagiaan dalam tiap hari-hariku. Selau bersamamya dalam tiap-tiap waktuku. Namun, itu hanya sebentar. Semua kenangan bersama dia tersapu angin lalu. Hanya menjadi debu masa lalu.

***

Ketika itu, sekolahlu akan mengikuti pertandingan basket. Sayangnya hanya tim basket putra yang ikut. Setiap hari Jumat dan Sabtu mereka latihan dan aku gak pernah absen buat lihat latihan mereka. Salah satu alesanku lihat latihan mereka karena berharap bisa ikut pertandingan juga, tetapi ada maksud lain juga yang membuat aku semangat lihat latihan basket tim putra.
Sejak pertama latihan aku lihat ada kakak kelas 9 yang dulunya juga tim basket. Tapi, Karena dia sudah kelas 9, jadi dia gak bisa ikut pertandingan basket lagi. Emm, sebenernya aku sudah kenal dia lama dari kelas 7, namanya Aldo dan sekarang bisa dibilang aku mengalami jatuh cinta pada pandangan yang kesekian kalinya. Hehe.. Bukan jatuh cinta juga sih, tapi hanya sekedar menyukai atau entahlah bagaimana perasaanku.
Singkat cerita, pertandingan kurang 2 minggu lagi. Latihan semakin sering dilaksanakan, malah hampir setiap hari. Tapi, udah beberapa hari ini aku gak lihat dia.
"Mas, kok Mas Aldo jarang kelihatan, ya?" tanyaku  pada temannya.
"Eciyee, ada yang nyariin Aldo. Haha, aku gak tau, Dek"
"Ehh, tapi jangan dibilangin Mas Aldo lho, Mas?"
"Emm, uang tips dulu dong" aku langsung meninggalkan dia, tidak menanggapi omongannya. Dan aku pikir mungkin dia sibuk mencari sekolah SMA.
"Baik cukup latihan hari ini. Sudah lumayan lebih baik dari sebelumnya, tapi akan lebih baik lagi kalau kita coba tanding dengan SMP karitas? Kalian siap?" kata Pak Zein, pelatih basket SMP-ku.
"Aduh... gimana, ya Pak?" keluh mereka.
"Kalian kalau aduh-aduh gitu mending gak usah ikut pertandingan daripada besok waktu pertandingan kalian cuma bikin malu! Kalian sanggup atau tidak?"
"Sanggup, Pak"
"Besok jam 3 saya tunggu". Semua diperbolehkan pulang, tapi masih ada anak basket yang masih bermain-main. "Nis... Nisaa?" panggil Pak Zein.
Aku menoleh, "Iya, ada apa, Pak?"
"Besok kan pertandingan lawan Karitas, mereka meminta tim putri juga bertanding. Bisa kamu koordinir tim putri untuk ikut bertanding besok?"
"Emm, ya saya coba. Semoga bisa, Pak"
"Terima kasih, ya? Saya pulang dulu. Hati-hati, ya"
Keesokannya, semua tim basket SMP-ku maupun SMP Karitas sudah siap. Awalnya aku yakin aku bisa, tapi setelah lihat body mereka lebih besar, aku menciut. "5 menit lagi pertandingan tim putri akan dimulai". Degg... deg... degup jantungku makin kencang. Bukan, bukan karena pertandingan akan dimulai, tapi karna Mas Aldo datang melihat lagi dan tersenyum padaku. Manis, batinku.
Pertandingan dimuai, berkali-kali tim mereka memasukkan bola ke ring. Tapi, aku tak patah semangat menggiring bola. Tiba-tiba, duggg... aku terjegal dan terguling. Finalti untuk timku. Shooting pertama aku gagal mencetak skor. Dan saat shooting kedua, tiba-tiba Mas Aldo ada didepanku, memberiku semangat, dan tersenyum padaku lagi. "Ayoo, semangat. Masukinn, Nis". Degg... jantungku berdegup lagi. 'Dia tahu namaku? Dia kenal aku?'. Prittttt... suara sempritan itu memutuskan lamunanku. "Waktu habis. Silahkan istirahat". "Lho? Tapi, saya belum nge-shoot, Pak?". "Kelamaan kamu melamunnya, huft" temanku terlihat marah dan Mas Aldo-pun juga tampak kecewa.
Babak kedua selanjutnya aku izin untuk tidak ikut lagi. Aku gak bisa konsentrasi lagi. “Kamu gak apa-apa, Nis?” kata Pak Zein, dan aku hanya menjawab dengan anggukan. Pertandingan selesai dengan skor 32-14 untuk SMP Karitas. Jelas tim aku kalah, memang aku akui, skill mereka lebih baik dari timku. Ketika pertandingan putrid selesai, aku langsung pulang. Terbayang ketika aku lihat muka Mas Aldo yang kecewa tadi, sungguh aku malu.
Malamnya, aku masih memikirkan kejadian tadi sore. Membuat aku gak mood untuk belajar. Tapi, tiba-tiba, deerrrrdddzzzz…. HP ku bergetar. Ada SMS dari nomor yang gak aku tahu siapa, nomornya gak ada dikontak aku. Aku buka SMS-nya.
“Hai dek, kok tadi pulang duluan? Tadi udah main bagus kok, maaf ya gara-gara aku kamu malah kehilangan kesempatan. Aldo:)”
Sungguh, aku kaget dia tiba-tiba SMS aku. Bingung mau bales apa, sampai-sampai tiap aku ketik SMS aku hapus lagi. Dan entah kenapa, muka aku yang tadinya lecek kayang uang seribuan sekarang bisa senyum-senyum sendiri. Mungkin kalau aku ada difilm-film, diatas kepalaku ini udah ada bentuk-bentuk love. Hehe. Sampai akhirnya aku membalas SMS-nyA.
“Hai juga mas. Tadi, aku keburu les. Makasih, tapi tetep aja kalah mas. Bukan, buka gara-gara kamu kok mas:)”
Sambil nunggu Mas Aldo bales SMS aku, aku masih terus senyum-senyum. Gak habis piker, sekarang aku punya nomornya? bisa SMS-an sama dia? Bisa deket sama dia? Aduhhh, perasaanku campur aduk. Seneng. Malu, haha. Dan karena itulah aku sering SMS-an sama dia dan semakin dekat dengan dia.

Pertandingan tinggal dua hari lagi. Hari ini adalah hari terakhir latihan. Dua hari kedepan tim putra harus banyak istirahat, jaga kondisi badan. Disaat aku mau pulang, tiba-tiba Mas Aldo memanggil aku, “Dekk… Dek Nisa?” aku menoleh dan berhenti berjalan.
“Ada apa, mas?”
“Besok kamu ke SMA 2 naik apa? Emm, kamu mau bareng aku gak, dek?”
“Hah? Serius, mas? Emm, bo-boleh, deh mas” dengan gugup aku menjawab tawarannya. Aku tersenyum-senyum sendiri dan aku juga lihat wajah dia yang juga kayak malu-malu kucing gitu.
Tepat hari Sabtu, jadwal pertandingan basket SMP ku melawan SMP 16. Ternyata dia menepati janjinya. Dia sudah menungguku di depan sekolah. Dia memang udah enggak sekolah lagi, emm bukan udah enggak sekolah sih, tapi dia lagi libur setelah UN. Setelah pramuka selesai, aku langsung keluar sekolah. “Maaf, mas? Nunggu lama, ya?”
“Enggak kok, dek, gak apa-apa. Udah selesai pramukanya?”
“Udah, mas. Sekarang aja gimana?” dia mengangguk dan langsung menyalakan mesin motornya.
Setelah hari itu, dia semakin memberikanku perhatian. Setiap aku pulang sekolah, dia selalu menunggu aku di depan sekolah. Sempat juga dia mengantarku ke rumah. Tapi, setiap aku tanya dia ngapain ke sekolah, dia selalu menjawab ‘kangen sekolah’, padahal menurut aku dia hanya modus biar bisa ketemu aku atau entahlah mungkin aku yang ke-PD-an. Yang jelas aku senang selalu lihat dia ada di depan sekolah.

***
Sore-sore ketika hujan turun, aku memikirkan Mas Aldo sambil melihat percikan air di jendela. Semakin lama aku kenal dia, malah hampir sudah 3 bulan aku kenal dia, semakin buat aku sayang sama dia. Tapi, aku juga belum ngerti tentang perasaanku ke dia maupun perasaan dia ke aku. Yang jelas hatiku ini ingin memilihnya untuk mengisi kekosongan disini. Tiba-tiba, HP-ku berdering ada telpon masuk dari…. Mas Aldo? Tumben banget dia telpon aku, batinku.
“Hai, assalamualikum. Lagi apa, dek?” aku terdiam mendengar suaranya untuk yang pertama kalinya dari telpon. “Dek? Masih disana, kan? Kok gak jawab, sih? Ganggu ya? Yaudah, maaf ya?”
“Ehh, ehh, jangan mas, jangan. Maaf, lagi dudukan lihatin hujan aja. Hehe”
“Mending lihat aku aja, dek. Oh iya, besok bisa ketemuan gak? Aku mau ngajak kamu ke suatu tempat yang keren. Mau, ya?”
“Duhh, malah gombal kamu, mas. Hehe, emang mau kemana?”
“Ada, deh. Besok pulang sekolah aku jemput, ya. Yaudah, lanjut SMS, ya dek? Daaa” baru aja aku mau jawab, malah telponnya udah dimatiin. Aku gak sabar menunggu besok untuk bertemu dengan dia.
Keesokannya, ketika aku pulang sekolah ternyata dia sudah menunggu ku. Aku langsung menghampirinya. Dia seperti membawa sesuatu didalam tasnya. “Dek, tutup mata kamu dulu, ya?”. Aku bingung, sebenernya dia mau ngapain. “Cepet, tutup dulu matanya!” aku langsung menutup mataku.
“Iya, mas. Udah, kok. Mau ngapain, sih?”
“Sekarang buka mata kamu!” ketika aku buka mataku, ternyata di depanku ada sebatang coklat kesukaanku yang dia berikan untukku. “Ini buat kamu. Kamu suka coklat ini, kan?”
“Aaaa, makasih, yam as? Duhh, enak ini. Hehe”
“Yaudah, kamu udah siap, kan? Kita langsung pergi aja, ya? Gak enak dilihatin temen-temen aku. Yuk?” aku langsung naik motornya. Sepanjang jalan aku hanya senyum-senyum sendiri seperti orang gila, bercanda ria bersama dia. Ternyata dia membawaku ke pantai. Baru sekali ini juga aku ke pantai sama pujaan hati. Indah. Ini memang kenangan yang indah bersama dia.
“Kalau aku minta tutup mata kamu lagi, bisa?” aku mengangguk dan menutup mataku. Dia menuntunku jalan ke suatu sisi pantai. “Sekarang buka mata kamu” aku buka mataku, tak ada sesuatu ditangan dia atau pemandangan yang memang sedari tadi hanya begitu-begitu saja. Tidak ada perubahan.
“Terus? Kenapa aku harus menutup mataku, mas?”
“Memang gak ada barang yang aku kasih, Nis. Tapi, ada satu hal yang mau aku kasih. Hatiku. Aku mau kasih hatiku buat kamu. Kamu mau simpen hati aku?” aku kaget mendengarnya. Aku gak percaya. Rasanya mau pingsan. Andai aku punya sayap, mungkin aku sudah terbang ke langit ke tujuh, melihat indahnya alam ini.
“Emm, tapi mas... aku… aku gak… gak… aku… aku… gak bi-sa no-lak ka-mu”
“Serius, Nis? Aaaa, dan kamu tau kenapa aku bawa kamu ke pantai? Biar pantai ini jadi saksinya dan satu alesan lagi kenapa aku bawa kamu kesini.”
“Haha, kamu bisa aja, mas kalo ngegombal. Emang apa satu alesannya lagi?”
“Mau tau?” aku mengangguk. “Balik badan dulu!”
“Emang kenapa, sih?”
“Udah, balik badan cepet!” aku berbalik badan. Hampir 5 menit aku tunggu, ternyata waktu aku balikin badan dia udah lari tinggalin aku, “Aaaaa, Mas Aldooo….. Nakalll… Tungguin akuu!”
“Hahaha, aku sayang kamu, Nisaa…” aku berhenti sebentar dan mengejarnya lagi.

***


Tidak ada komentar:

Posting Komentar