Dambaan Hati
Udah setahun ngejomblo. Tapi, semua itu berubah ketika
dia datang dalam kehidupanku. Ia memberikanku kebahagiaan dalam tiap
hari-hariku. Selau bersamamya dalam tiap-tiap waktuku. Namun, itu hanya
sebentar. Semua kenangan bersama dia tersapu angin lalu. Hanya menjadi debu
masa lalu.
***
Ketika itu, sekolahlu akan mengikuti pertandingan
basket. Sayangnya hanya tim basket putra yang ikut. Setiap hari Jumat dan Sabtu
mereka latihan dan aku gak pernah absen buat lihat latihan mereka. Salah satu
alesanku lihat latihan mereka karena berharap bisa ikut pertandingan juga, tetapi
ada maksud lain juga yang membuat aku semangat lihat latihan basket tim putra.
Sejak pertama latihan aku lihat ada kakak kelas 9 yang
dulunya juga tim basket. Tapi, Karena dia sudah kelas 9, jadi dia gak bisa ikut
pertandingan basket lagi. Emm, sebenernya aku sudah kenal dia lama dari kelas
7, namanya Aldo dan sekarang bisa dibilang aku mengalami jatuh cinta pada
pandangan yang kesekian kalinya. Hehe.. Bukan jatuh cinta juga sih, tapi hanya
sekedar menyukai atau entahlah bagaimana perasaanku.
Singkat cerita, pertandingan kurang 2 minggu lagi.
Latihan semakin sering dilaksanakan, malah hampir setiap hari. Tapi, udah
beberapa hari ini aku gak lihat dia.
"Mas, kok Mas Aldo jarang kelihatan, ya?"
tanyaku pada temannya.
"Eciyee, ada yang nyariin Aldo. Haha, aku gak
tau, Dek"
"Ehh, tapi jangan dibilangin Mas Aldo lho,
Mas?"
"Emm, uang tips dulu dong" aku langsung
meninggalkan dia, tidak menanggapi omongannya. Dan aku pikir mungkin dia sibuk
mencari sekolah SMA.
"Baik cukup latihan hari ini. Sudah lumayan lebih
baik dari sebelumnya, tapi akan lebih baik lagi kalau kita coba tanding dengan
SMP karitas? Kalian siap?" kata Pak Zein, pelatih basket SMP-ku.
"Aduh... gimana, ya Pak?" keluh mereka.
"Kalian kalau aduh-aduh gitu mending gak usah
ikut pertandingan daripada besok waktu pertandingan kalian cuma bikin malu!
Kalian sanggup atau tidak?"
"Sanggup, Pak"
"Besok jam 3 saya tunggu". Semua
diperbolehkan pulang, tapi masih ada anak basket yang masih bermain-main.
"Nis... Nisaa?" panggil Pak Zein.
Aku menoleh, "Iya, ada apa, Pak?"
"Besok kan pertandingan lawan Karitas, mereka
meminta tim putri juga bertanding. Bisa kamu koordinir tim putri untuk ikut
bertanding besok?"
"Emm, ya saya coba. Semoga bisa, Pak"
"Terima kasih, ya? Saya pulang dulu. Hati-hati,
ya"
Keesokannya, semua tim basket SMP-ku maupun SMP
Karitas sudah siap. Awalnya aku yakin aku bisa, tapi setelah lihat body mereka lebih besar, aku menciut.
"5 menit lagi pertandingan tim putri akan dimulai". Degg... deg...
degup jantungku makin kencang. Bukan, bukan karena pertandingan akan dimulai,
tapi karna Mas Aldo datang melihat lagi dan tersenyum padaku. Manis, batinku.
Pertandingan dimuai, berkali-kali tim mereka
memasukkan bola ke ring. Tapi, aku
tak patah semangat menggiring bola. Tiba-tiba, duggg... aku terjegal dan
terguling. Finalti untuk timku. Shooting
pertama aku gagal mencetak skor. Dan saat shooting
kedua, tiba-tiba Mas Aldo ada didepanku, memberiku semangat, dan tersenyum
padaku lagi. "Ayoo, semangat. Masukinn, Nis". Degg... jantungku
berdegup lagi. 'Dia tahu namaku? Dia kenal aku?'. Prittttt... suara sempritan
itu memutuskan lamunanku. "Waktu habis. Silahkan istirahat".
"Lho? Tapi, saya belum nge-shoot,
Pak?". "Kelamaan kamu melamunnya, huft"
temanku terlihat marah dan Mas Aldo-pun juga tampak kecewa.
Babak kedua selanjutnya aku izin untuk tidak ikut
lagi. Aku gak bisa konsentrasi lagi. “Kamu gak apa-apa, Nis?” kata Pak Zein,
dan aku hanya menjawab dengan anggukan. Pertandingan selesai dengan skor 32-14
untuk SMP Karitas. Jelas tim aku kalah, memang aku akui, skill mereka lebih baik dari timku. Ketika pertandingan putrid
selesai, aku langsung pulang. Terbayang ketika aku lihat muka Mas Aldo yang
kecewa tadi, sungguh aku malu.
Malamnya, aku masih memikirkan kejadian tadi sore.
Membuat aku gak mood untuk belajar.
Tapi, tiba-tiba, deerrrrdddzzzz…. HP ku bergetar. Ada SMS dari nomor yang gak
aku tahu siapa, nomornya gak ada dikontak aku. Aku buka SMS-nya.
“Hai dek, kok tadi pulang duluan? Tadi udah main bagus
kok, maaf ya gara-gara aku kamu malah kehilangan kesempatan. Aldo:)”
Sungguh, aku kaget dia tiba-tiba SMS aku. Bingung mau
bales apa, sampai-sampai tiap aku ketik SMS aku hapus lagi. Dan entah kenapa,
muka aku yang tadinya lecek kayang uang seribuan sekarang bisa senyum-senyum
sendiri. Mungkin kalau aku ada difilm-film, diatas kepalaku ini udah ada
bentuk-bentuk love. Hehe. Sampai akhirnya aku membalas SMS-nyA.
“Hai juga mas. Tadi, aku keburu les. Makasih, tapi
tetep aja kalah mas. Bukan, buka gara-gara kamu kok mas:)”
Sambil nunggu Mas Aldo bales SMS aku, aku masih terus
senyum-senyum. Gak habis piker, sekarang aku punya nomornya? bisa SMS-an sama
dia? Bisa deket sama dia? Aduhhh, perasaanku campur aduk. Seneng. Malu, haha.
Dan karena itulah aku sering SMS-an sama dia dan semakin dekat dengan dia.
Pertandingan tinggal dua hari lagi. Hari ini adalah
hari terakhir latihan. Dua hari kedepan tim putra harus banyak istirahat, jaga
kondisi badan. Disaat aku mau pulang, tiba-tiba Mas Aldo memanggil aku, “Dekk…
Dek Nisa?” aku menoleh dan berhenti berjalan.
“Ada apa, mas?”
“Besok kamu ke SMA 2 naik apa? Emm, kamu mau bareng
aku gak, dek?”
“Hah? Serius, mas? Emm, bo-boleh, deh mas” dengan
gugup aku menjawab tawarannya. Aku tersenyum-senyum sendiri dan aku juga lihat
wajah dia yang juga kayak malu-malu kucing gitu.
Tepat hari Sabtu, jadwal pertandingan basket SMP ku melawan
SMP 16. Ternyata dia menepati janjinya. Dia sudah menungguku di depan sekolah.
Dia memang udah enggak sekolah lagi, emm bukan udah enggak sekolah sih, tapi
dia lagi libur setelah UN. Setelah pramuka selesai, aku langsung keluar
sekolah. “Maaf, mas? Nunggu lama, ya?”
“Enggak kok, dek, gak apa-apa. Udah selesai
pramukanya?”
“Udah, mas. Sekarang aja gimana?” dia mengangguk dan
langsung menyalakan mesin motornya.
Setelah hari itu, dia semakin memberikanku perhatian.
Setiap aku pulang sekolah, dia selalu menunggu aku di depan sekolah. Sempat
juga dia mengantarku ke rumah. Tapi, setiap aku tanya dia ngapain ke sekolah,
dia selalu menjawab ‘kangen sekolah’, padahal menurut aku dia hanya modus biar
bisa ketemu aku atau entahlah mungkin aku yang ke-PD-an. Yang jelas aku senang
selalu lihat dia ada di depan sekolah.
***
Sore-sore ketika hujan turun, aku memikirkan Mas Aldo
sambil melihat percikan air di jendela. Semakin lama aku kenal dia, malah
hampir sudah 3 bulan aku kenal dia, semakin buat aku sayang sama dia. Tapi, aku
juga belum ngerti tentang perasaanku ke dia maupun perasaan dia ke aku. Yang
jelas hatiku ini ingin memilihnya untuk mengisi kekosongan disini. Tiba-tiba,
HP-ku berdering ada telpon masuk dari…. Mas Aldo? Tumben banget dia telpon aku,
batinku.
“Hai, assalamualikum. Lagi apa, dek?” aku terdiam mendengar suaranya untuk yang pertama
kalinya dari telpon. “Dek? Masih disana, kan? Kok gak jawab, sih?
Ganggu ya? Yaudah, maaf ya?”
“Ehh, ehh, jangan mas, jangan. Maaf, lagi dudukan
lihatin hujan aja. Hehe”
“Mending lihat aku aja, dek. Oh iya, besok bisa
ketemuan gak? Aku mau ngajak kamu ke suatu tempat yang keren. Mau, ya?”
“Duhh, malah gombal kamu, mas. Hehe, emang mau
kemana?”
“Ada, deh. Besok pulang sekolah aku jemput, ya.
Yaudah, lanjut SMS, ya dek? Daaa” baru
aja aku mau jawab, malah telponnya udah dimatiin. Aku gak sabar menunggu besok
untuk bertemu dengan dia.
Keesokannya, ketika aku pulang sekolah ternyata dia
sudah menunggu ku. Aku langsung menghampirinya. Dia seperti membawa sesuatu
didalam tasnya. “Dek, tutup mata kamu dulu, ya?”. Aku bingung, sebenernya dia
mau ngapain. “Cepet, tutup dulu matanya!” aku langsung menutup mataku.
“Iya, mas. Udah, kok. Mau ngapain, sih?”
“Sekarang buka mata kamu!” ketika aku buka mataku,
ternyata di depanku ada sebatang coklat kesukaanku yang dia berikan untukku.
“Ini buat kamu. Kamu suka coklat ini, kan?”
“Aaaa, makasih, yam as? Duhh, enak ini. Hehe”
“Yaudah, kamu udah siap, kan? Kita langsung pergi aja,
ya? Gak enak dilihatin temen-temen aku. Yuk?” aku langsung naik motornya.
Sepanjang jalan aku hanya senyum-senyum sendiri seperti orang gila, bercanda
ria bersama dia. Ternyata dia membawaku ke pantai. Baru sekali ini juga aku ke
pantai sama pujaan hati. Indah. Ini memang kenangan yang indah bersama dia.
“Kalau aku minta tutup mata kamu lagi, bisa?” aku
mengangguk dan menutup mataku. Dia menuntunku jalan ke suatu sisi pantai.
“Sekarang buka mata kamu” aku buka mataku, tak ada sesuatu ditangan dia atau
pemandangan yang memang sedari tadi hanya begitu-begitu saja. Tidak ada
perubahan.
“Terus? Kenapa aku harus menutup mataku, mas?”
“Memang gak ada barang yang aku kasih, Nis. Tapi, ada
satu hal yang mau aku kasih. Hatiku. Aku mau kasih hatiku buat kamu. Kamu mau
simpen hati aku?” aku kaget mendengarnya. Aku gak percaya. Rasanya mau pingsan.
Andai aku punya sayap, mungkin aku sudah terbang ke langit ke tujuh, melihat
indahnya alam ini.
“Emm, tapi mas... aku… aku gak… gak… aku… aku… gak
bi-sa no-lak ka-mu”
“Serius, Nis? Aaaa, dan kamu tau kenapa aku bawa kamu
ke pantai? Biar pantai ini jadi saksinya dan satu alesan lagi kenapa aku bawa
kamu kesini.”
“Haha, kamu bisa aja, mas kalo ngegombal. Emang apa
satu alesannya lagi?”
“Mau tau?” aku mengangguk. “Balik badan dulu!”
“Emang kenapa, sih?”
“Udah, balik badan cepet!” aku berbalik badan. Hampir
5 menit aku tunggu, ternyata waktu aku balikin badan dia udah lari tinggalin
aku, “Aaaaa, Mas Aldooo….. Nakalll… Tungguin akuu!”
“Hahaha, aku sayang kamu, Nisaa…” aku berhenti
sebentar dan mengejarnya lagi.
***