나디아의 블로그에 오신 것을 환영합니다 / Welcome to Nadia's Blog

Selasa, 03 Desember 2013

Dambaan Hati #Cerpen

Dambaan Hati

Udah setahun ngejomblo. Tapi, semua itu berubah ketika dia datang dalam kehidupanku. Ia memberikanku kebahagiaan dalam tiap hari-hariku. Selau bersamamya dalam tiap-tiap waktuku. Namun, itu hanya sebentar. Semua kenangan bersama dia tersapu angin lalu. Hanya menjadi debu masa lalu.

***

Ketika itu, sekolahlu akan mengikuti pertandingan basket. Sayangnya hanya tim basket putra yang ikut. Setiap hari Jumat dan Sabtu mereka latihan dan aku gak pernah absen buat lihat latihan mereka. Salah satu alesanku lihat latihan mereka karena berharap bisa ikut pertandingan juga, tetapi ada maksud lain juga yang membuat aku semangat lihat latihan basket tim putra.
Sejak pertama latihan aku lihat ada kakak kelas 9 yang dulunya juga tim basket. Tapi, Karena dia sudah kelas 9, jadi dia gak bisa ikut pertandingan basket lagi. Emm, sebenernya aku sudah kenal dia lama dari kelas 7, namanya Aldo dan sekarang bisa dibilang aku mengalami jatuh cinta pada pandangan yang kesekian kalinya. Hehe.. Bukan jatuh cinta juga sih, tapi hanya sekedar menyukai atau entahlah bagaimana perasaanku.
Singkat cerita, pertandingan kurang 2 minggu lagi. Latihan semakin sering dilaksanakan, malah hampir setiap hari. Tapi, udah beberapa hari ini aku gak lihat dia.
"Mas, kok Mas Aldo jarang kelihatan, ya?" tanyaku  pada temannya.
"Eciyee, ada yang nyariin Aldo. Haha, aku gak tau, Dek"
"Ehh, tapi jangan dibilangin Mas Aldo lho, Mas?"
"Emm, uang tips dulu dong" aku langsung meninggalkan dia, tidak menanggapi omongannya. Dan aku pikir mungkin dia sibuk mencari sekolah SMA.
"Baik cukup latihan hari ini. Sudah lumayan lebih baik dari sebelumnya, tapi akan lebih baik lagi kalau kita coba tanding dengan SMP karitas? Kalian siap?" kata Pak Zein, pelatih basket SMP-ku.
"Aduh... gimana, ya Pak?" keluh mereka.
"Kalian kalau aduh-aduh gitu mending gak usah ikut pertandingan daripada besok waktu pertandingan kalian cuma bikin malu! Kalian sanggup atau tidak?"
"Sanggup, Pak"
"Besok jam 3 saya tunggu". Semua diperbolehkan pulang, tapi masih ada anak basket yang masih bermain-main. "Nis... Nisaa?" panggil Pak Zein.
Aku menoleh, "Iya, ada apa, Pak?"
"Besok kan pertandingan lawan Karitas, mereka meminta tim putri juga bertanding. Bisa kamu koordinir tim putri untuk ikut bertanding besok?"
"Emm, ya saya coba. Semoga bisa, Pak"
"Terima kasih, ya? Saya pulang dulu. Hati-hati, ya"
Keesokannya, semua tim basket SMP-ku maupun SMP Karitas sudah siap. Awalnya aku yakin aku bisa, tapi setelah lihat body mereka lebih besar, aku menciut. "5 menit lagi pertandingan tim putri akan dimulai". Degg... deg... degup jantungku makin kencang. Bukan, bukan karena pertandingan akan dimulai, tapi karna Mas Aldo datang melihat lagi dan tersenyum padaku. Manis, batinku.
Pertandingan dimuai, berkali-kali tim mereka memasukkan bola ke ring. Tapi, aku tak patah semangat menggiring bola. Tiba-tiba, duggg... aku terjegal dan terguling. Finalti untuk timku. Shooting pertama aku gagal mencetak skor. Dan saat shooting kedua, tiba-tiba Mas Aldo ada didepanku, memberiku semangat, dan tersenyum padaku lagi. "Ayoo, semangat. Masukinn, Nis". Degg... jantungku berdegup lagi. 'Dia tahu namaku? Dia kenal aku?'. Prittttt... suara sempritan itu memutuskan lamunanku. "Waktu habis. Silahkan istirahat". "Lho? Tapi, saya belum nge-shoot, Pak?". "Kelamaan kamu melamunnya, huft" temanku terlihat marah dan Mas Aldo-pun juga tampak kecewa.
Babak kedua selanjutnya aku izin untuk tidak ikut lagi. Aku gak bisa konsentrasi lagi. “Kamu gak apa-apa, Nis?” kata Pak Zein, dan aku hanya menjawab dengan anggukan. Pertandingan selesai dengan skor 32-14 untuk SMP Karitas. Jelas tim aku kalah, memang aku akui, skill mereka lebih baik dari timku. Ketika pertandingan putrid selesai, aku langsung pulang. Terbayang ketika aku lihat muka Mas Aldo yang kecewa tadi, sungguh aku malu.
Malamnya, aku masih memikirkan kejadian tadi sore. Membuat aku gak mood untuk belajar. Tapi, tiba-tiba, deerrrrdddzzzz…. HP ku bergetar. Ada SMS dari nomor yang gak aku tahu siapa, nomornya gak ada dikontak aku. Aku buka SMS-nya.
“Hai dek, kok tadi pulang duluan? Tadi udah main bagus kok, maaf ya gara-gara aku kamu malah kehilangan kesempatan. Aldo:)”
Sungguh, aku kaget dia tiba-tiba SMS aku. Bingung mau bales apa, sampai-sampai tiap aku ketik SMS aku hapus lagi. Dan entah kenapa, muka aku yang tadinya lecek kayang uang seribuan sekarang bisa senyum-senyum sendiri. Mungkin kalau aku ada difilm-film, diatas kepalaku ini udah ada bentuk-bentuk love. Hehe. Sampai akhirnya aku membalas SMS-nyA.
“Hai juga mas. Tadi, aku keburu les. Makasih, tapi tetep aja kalah mas. Bukan, buka gara-gara kamu kok mas:)”
Sambil nunggu Mas Aldo bales SMS aku, aku masih terus senyum-senyum. Gak habis piker, sekarang aku punya nomornya? bisa SMS-an sama dia? Bisa deket sama dia? Aduhhh, perasaanku campur aduk. Seneng. Malu, haha. Dan karena itulah aku sering SMS-an sama dia dan semakin dekat dengan dia.

Pertandingan tinggal dua hari lagi. Hari ini adalah hari terakhir latihan. Dua hari kedepan tim putra harus banyak istirahat, jaga kondisi badan. Disaat aku mau pulang, tiba-tiba Mas Aldo memanggil aku, “Dekk… Dek Nisa?” aku menoleh dan berhenti berjalan.
“Ada apa, mas?”
“Besok kamu ke SMA 2 naik apa? Emm, kamu mau bareng aku gak, dek?”
“Hah? Serius, mas? Emm, bo-boleh, deh mas” dengan gugup aku menjawab tawarannya. Aku tersenyum-senyum sendiri dan aku juga lihat wajah dia yang juga kayak malu-malu kucing gitu.
Tepat hari Sabtu, jadwal pertandingan basket SMP ku melawan SMP 16. Ternyata dia menepati janjinya. Dia sudah menungguku di depan sekolah. Dia memang udah enggak sekolah lagi, emm bukan udah enggak sekolah sih, tapi dia lagi libur setelah UN. Setelah pramuka selesai, aku langsung keluar sekolah. “Maaf, mas? Nunggu lama, ya?”
“Enggak kok, dek, gak apa-apa. Udah selesai pramukanya?”
“Udah, mas. Sekarang aja gimana?” dia mengangguk dan langsung menyalakan mesin motornya.
Setelah hari itu, dia semakin memberikanku perhatian. Setiap aku pulang sekolah, dia selalu menunggu aku di depan sekolah. Sempat juga dia mengantarku ke rumah. Tapi, setiap aku tanya dia ngapain ke sekolah, dia selalu menjawab ‘kangen sekolah’, padahal menurut aku dia hanya modus biar bisa ketemu aku atau entahlah mungkin aku yang ke-PD-an. Yang jelas aku senang selalu lihat dia ada di depan sekolah.

***
Sore-sore ketika hujan turun, aku memikirkan Mas Aldo sambil melihat percikan air di jendela. Semakin lama aku kenal dia, malah hampir sudah 3 bulan aku kenal dia, semakin buat aku sayang sama dia. Tapi, aku juga belum ngerti tentang perasaanku ke dia maupun perasaan dia ke aku. Yang jelas hatiku ini ingin memilihnya untuk mengisi kekosongan disini. Tiba-tiba, HP-ku berdering ada telpon masuk dari…. Mas Aldo? Tumben banget dia telpon aku, batinku.
“Hai, assalamualikum. Lagi apa, dek?” aku terdiam mendengar suaranya untuk yang pertama kalinya dari telpon. “Dek? Masih disana, kan? Kok gak jawab, sih? Ganggu ya? Yaudah, maaf ya?”
“Ehh, ehh, jangan mas, jangan. Maaf, lagi dudukan lihatin hujan aja. Hehe”
“Mending lihat aku aja, dek. Oh iya, besok bisa ketemuan gak? Aku mau ngajak kamu ke suatu tempat yang keren. Mau, ya?”
“Duhh, malah gombal kamu, mas. Hehe, emang mau kemana?”
“Ada, deh. Besok pulang sekolah aku jemput, ya. Yaudah, lanjut SMS, ya dek? Daaa” baru aja aku mau jawab, malah telponnya udah dimatiin. Aku gak sabar menunggu besok untuk bertemu dengan dia.
Keesokannya, ketika aku pulang sekolah ternyata dia sudah menunggu ku. Aku langsung menghampirinya. Dia seperti membawa sesuatu didalam tasnya. “Dek, tutup mata kamu dulu, ya?”. Aku bingung, sebenernya dia mau ngapain. “Cepet, tutup dulu matanya!” aku langsung menutup mataku.
“Iya, mas. Udah, kok. Mau ngapain, sih?”
“Sekarang buka mata kamu!” ketika aku buka mataku, ternyata di depanku ada sebatang coklat kesukaanku yang dia berikan untukku. “Ini buat kamu. Kamu suka coklat ini, kan?”
“Aaaa, makasih, yam as? Duhh, enak ini. Hehe”
“Yaudah, kamu udah siap, kan? Kita langsung pergi aja, ya? Gak enak dilihatin temen-temen aku. Yuk?” aku langsung naik motornya. Sepanjang jalan aku hanya senyum-senyum sendiri seperti orang gila, bercanda ria bersama dia. Ternyata dia membawaku ke pantai. Baru sekali ini juga aku ke pantai sama pujaan hati. Indah. Ini memang kenangan yang indah bersama dia.
“Kalau aku minta tutup mata kamu lagi, bisa?” aku mengangguk dan menutup mataku. Dia menuntunku jalan ke suatu sisi pantai. “Sekarang buka mata kamu” aku buka mataku, tak ada sesuatu ditangan dia atau pemandangan yang memang sedari tadi hanya begitu-begitu saja. Tidak ada perubahan.
“Terus? Kenapa aku harus menutup mataku, mas?”
“Memang gak ada barang yang aku kasih, Nis. Tapi, ada satu hal yang mau aku kasih. Hatiku. Aku mau kasih hatiku buat kamu. Kamu mau simpen hati aku?” aku kaget mendengarnya. Aku gak percaya. Rasanya mau pingsan. Andai aku punya sayap, mungkin aku sudah terbang ke langit ke tujuh, melihat indahnya alam ini.
“Emm, tapi mas... aku… aku gak… gak… aku… aku… gak bi-sa no-lak ka-mu”
“Serius, Nis? Aaaa, dan kamu tau kenapa aku bawa kamu ke pantai? Biar pantai ini jadi saksinya dan satu alesan lagi kenapa aku bawa kamu kesini.”
“Haha, kamu bisa aja, mas kalo ngegombal. Emang apa satu alesannya lagi?”
“Mau tau?” aku mengangguk. “Balik badan dulu!”
“Emang kenapa, sih?”
“Udah, balik badan cepet!” aku berbalik badan. Hampir 5 menit aku tunggu, ternyata waktu aku balikin badan dia udah lari tinggalin aku, “Aaaaa, Mas Aldooo….. Nakalll… Tungguin akuu!”
“Hahaha, aku sayang kamu, Nisaa…” aku berhenti sebentar dan mengejarnya lagi.

***


Kamis, 25 April 2013

gAAllAuu ..

Mungkin judulnya emang alay, ya.. Pake huruf gede kecil gitu. Tapi, sebenarnya dan jujur aku bukan anak alay. Haha *ketawa dalam kegalauan*.
Entah kenapa aku ngerasain galau. Mungkin karna bentar lagi kelas 9 mau lulus kalik ya. Temen-temenku sih seneng ya kelas 9 pada lulus. Aku sih juga seneng tapi kalau MAS TUTTT yang lulus masih belum rela. Yg biasanya aku lihatin bawah buat liatin dia. Diam-diam modusin dia, tapi sekarang?? Sekarang sekolah sepi. Gak ada yang maen bola dilapangan, gak ada yang keluar masuk kelas 9*.huftttt:(((
Sebenernya aku emg bukan siapa-siapanya MAS TUTTT, ya cuma kakak adek aja. Emang gak mau lebih. Tapi namanya juga udah sayang SEBAGAI KAKAK walaupu ada rasa sayan yang leih dari kakak. Tauklahh. Aku masih labil -___-

Minggu, 14 April 2013

SEMAKIN


Ku lihat dirimu melewatiku
Tanpa melihatku seperti aku adalah hantu
Namun ku terpaku dengan parasmu
Bak malaikat yang memikat hati

Tapi ku sadari kau tak menggapai ku
Hingga akhirnya ku melangkah lebih jauh
Melangkah agar bisa mengenalmu
Memberanikan diri demi mengenalmu

Dan semakin aku melihatmu
Semakin aku ingin mengenalmu
Semakin pula ku rasakan cinta
Cinta buta

Namun ku tak tahu harus bagaimana
Aku tak tahu apa itu cinta
Bagaimana aku harus mengerti arti semakin itu?
Arti semakin cinta

Aku telah dibutakan cinta~

Selasa, 02 April 2013

Kau yang Buatku Rasakan Jatuh Cinta #CERPEN



Telolettelolet…. Telolettelolet… bel sekolah berbunyi. Tapi, sayangnya aku masih harus ada pramuka, Gak suka-suka banget sih sama pramuka, tapi aku lebih suka berorganisasinya, jadi why not buat gabung jadi DP atau biasa disebut Dewan Penggalang. Sambil nunggu kakak pembina pramuka datang, aku, Devi, Lala, Nia, Juan, dan Galih maen-maen dulu di depan ruang piket. Biasalah kita kalau gak kumpul-kumpul itu rasanya ada yang ganjil gitu. “Eh, Nis, besok UTS sama adek kelas, lho!” kata Lala. “Lalu? Saya harus bilang WOW gitu kakak?” aku jawab dengan sinis, tapi bercanda. “Enggak sih, mungkin mau deketin adek kelas gituu!”. “Nahh, iya itu. Lepaskanlah masa ‘jomblo’-mu itu” si Nia ikut-ikutan ngegosipin aku. “Hehh, pada gak sadar, ya? Emang cuma aku yang ‘jomblo’? Enggak kalik, yaa mbak-mbak dan mas-mas sekalian” aku jawab dengan muka sebal dan langsung mengalihkan pandangan.
Tiba-tiba.. jengjeng.. mataku seperti terpaku disatu orang itu. Yaa, itu kakak kelasku yang kayaknya datang ke arah kita. Semakin dekat dan… semakin dekat. ‘Aduhh, Nis, sadar sadar! Itu bukan malaikat pencabut nyawa kok. Tenang, santaiii’ batinku. Dan dia sekarang berdiri didepan kita dan masih saja aku tatap dia, tapi sepertinya dia gak tahu kalau aku sedang menatapnya. “Dev, volley-ne kuwi ben dino opo?” dia mengajak ngomong Devi. ‘Kenapa bukan aku? Kok dia kenal sama Devi?’ batinku lagi. “Lhaa yo tetep dino Jumat, mas” Devi menjawab dengan logad bahasa jawanya juga. “Ohh, yowes. Nuwun, yo!” dia langsung pergi sebelum Devi balas ucapan terimakasihnya. Sampai dia keluar gerbang sekolah, aku masih melihatnya. Menunggu kemungkinan kecil kalau-kalau dia kembali ke sekolah dan tanya namaku. Tapi, “Woyyy…” Juan dan Galih dengan kompak mengagetkan aku. “Kenapa, Nis? Suka sama kakak kelas yang ini tadi?” pergok Devi. “Ehh, itu kakak Pembina datang!!” aku mengalihkan pembicaraan yang malas aku bahas. Kita semua langsung siap-siap DP.
Malem minggu seperti ini, biasanya sepedaan muterin perumahan sama adek sepupuku, tapi hari ini cuma bisa duduk manis di depan layar komputer sambil browshing google lihatin youtobe dan maen twitteran. Pas lagi asik-asik buat status di twitter tiba-tiba ada notification, satu mention dari @masganteng_7jhs. Dia Cuma mention “Haii dek?”. Aneh juga sih nama akun twitternya dan aku juga baru pertama kali itu mention sama dia, tapi kalo dilihat-lihat dari foto profilnya sih kayaknya aku kenal. Tapi, kok fotonya sama cewek? Tak lihatin terus itu foto profilnya. Sampek-sampek hanya lima senti jarak antara mataku dan layar komputernya. Hampir tiga menit lebih mungkin, ya aku lihatin itu fotonya. Dan aku baru sadar itukan kakak kelas yang tadi. Aku senyum-senyum sendiri. Gak nyangka itu kakak kelas mention aku. ‘Sumpah kan ini aku gak mimpi?’ batinku sambil cubitin tanganku sendiri sampek merah. Dan tiba-tiba balik lagi ke foto dia yang sama cewek. Cewek itu juga kakak kelasku sih, tapi masak iya itu pacarnya? Ahh, mendadak jadi galau deh aku tahu itu. Langsug aku keluarin akunku dan aku disconnection internet aksesnya. Udah muak dengan itu. Selalu saja sudah punya pacar. Huft.

JJJ

Hari itu hari Senin. Waktunya sekolah lagi dan harus jalani upacara. Sebenernya males banget kalau harus upacara, habis panas baanget. Masih mending kalau barisan aku ada di sisi timur jd gak langsung kena sinar matahrinya. Semua siswa SMP-ku udah siap-siap baris di lapangan upacara. Tapi, kelasku itu kelas paling lemot. Baru sampek lapangan aja 15 menit setelah bel. Haha, jangan ditiru, deh ya! Pas upacara mau dimulai, gak sengaja aku lihat ke arah barisan kelas 9. Dan jreng… aku lihat dia. Kakak kelas itu yang udah buat aku penasaran banget sama namanya dan siapa dia. “Dev, Dev?” aku colek Devi yang ada di depanku. “Apa, sih?” Devi menjawab dengan berbisik dan tanpa menghadap ke belakang. “Itu lho, Dev. Mas-nya itu namanya siapa, sih? Masak kemaren dia mention aku di twitter! Foto profilnya kayaknya sama pacarnya juga, deh!”. “Yang mana, Nis?”. “Itu, lho yang kemarin tanya kamu!”. “Ohh, itu namanya Mas Rangga. Mention kamu apa? Dia itu bel…”. Devi enggak melanjutkan pembicaraannya, dari kejauhan Pak Agus udah lihatin aku sama Devi terus. Jadi lebih pilih diam. ‘Ohh, namanya Rangga, belum punya pacar juga lagi. Haha. Aku udah gak penasaran lagi sama mas ganteng’ batinku sambil senyum-senyum sendiri.
Pembelajaran hari ini selesai juga. Tapi, buat aku, Devi, Lala, dan Nia lebih baik pulang jam 2 siang daripada di rumah diem aja gak ada hiburan. Setiap hari Senin kelas 9 ada les tambahan. Nah, pas ketemu Mas Rangga di mushola sekolah, rasanya pengen banget nyapa. Tapi, kenal aja enggak masak mau nyapa dan apa harus cewek dulu, ya yang nyapa? Enggak kan? Sekarang yang ada dipikiranku adalah cari nomornya. Mungkin gak, ya Devi punya nomornya Mas Rangga. Tapi, aku malu yang mau minta ke Devi. Mungkin Nia punya, dia jugakan anak volly.
Pulang sekolah aku langsung telpon Nia. Sampek 3 kali telpon Nia, tapi gak diangkat-angkat, sampai telpon ke-4 akhirnya diangkat juga sama Nia. “Assalalamualaikum..”. “Walaikumsalam, maaf baru angkat telponnya. Barusan sampek, nih. Kenapa, Nis?”. “To the point, aja yaa? Kamu punya nomornya Mas Rangga?”. “Punya, kenapa? Ohh, jadi udah suka, nih sama Mas Rangga?”. “Ehh, enggak kok, Ni. Aku cuma pengen kenal aja. Nanti SMS-in, ya?”. “Oke, tapi jujur dulu! Ayoo, jujur!”. “Ssssttt, enggak kok. Udah dulu, ya. Byee, assalamualaikum” aku segera mematikan telponnya. Dddrrrrrdddddzzzzz, tiba-tiba ada SMS dari Nia yang kasih nomornya Mas Rangga. Tapi, aku gak langsung SMS Mas Rangga, aku takut kalau mau SMS duluan.
3 hari setelah hari itu bisa dapetin nomornya Mas Rangga, aku masih belum berani SMS dia duluan. Dan akhirnya, dengan rasa yang semakin pengen kenalan sama dia, aku berani SMS dia. Saking gemetarannya untuk ngetik SMS, aku menulis pesan “Malem, Mas. Aku Nisa” yang hanya empat kata itu aku membutuhkan waktu 10 menit sendiri. Habis aku bingung mau nulis pesan kayak gimana. Pas dia udah bales itu, rasanya pengen kasih tahu seluruh dunia kalau SMS aku udah dibales dan dia kayak gak percaya gitu kalau yang SMS itu aku. Sampek-sampek dia minta ketemuan di perpustakaan untuk membuktikan kalau yang SMS dia itu aku, Nisa anak 8D.

JJJ

Makin lama semakin sering SMS-an dan semakin deket juga aku sama Mas Rangga. Dan tiba-tiba aja waktu UAS 1 udah deket aja. Aku berharap banget sebenernya bisa satu kelas sama yang kelas 9, tapi UAS 1 ini udah pasti sama adek kelas. Ya udah, pupus sudah harapanku bisa deketan sama Mas Rangga. Sehari sebelum UAS 1 berlangsung, aku mau puas-puasin bisa SMS-an sama Mas Rangga. Pas aku tanya dia ruang berapa, ternyata dia ruang 11. Sedangkan aku di ruang 2. Semakin pupus harapanku bisa lihat dia lebih dekat lagi. Dan ketika tiba saatnya harus bertempur dengan soal-soal UAS 1, ternyata ruang 11 itu cuma di 8E dan ruang 2 itu di 7B. jadi, antara kelas 8E dan 7B itu hanya beda 1 kelas. Itu membuat aku semangat banget yang ngerjain soalnya. Jadi, suka sama seseorang itu ada untungnya juga. Haha.
Seminggu sudah UAS 1 berlangsung. Udah gak bisa lihatin Mas Rangga lagi, deh. Tapi, seenggaknya sebelum libur 2 minggu ada waktu untuk murid-murid refreshing dengan acara classmeting. Dan salah satu lombanya adalah basket. Dan pas Mas Rangga maen basket, aku bener-bener curi-curi pandang. Entah apa yang aku lihat, entah wajahnya atau gayanya pas maen basket. Tapi, dia benar-benar keren waktu bisa tripple point dan lay-up. Cowok idaman banget. Haha. Selama classmeeting itu, kerjaan aku cuma bolak-balik ruang OSIS dan lihatin dia kalau lagi maen basket. Kurang kerjaan, sih emang lihatin dia terus. Tapi, inilah orang yang lagi kegilaan lawan jenisnya.

JJJ

Libur telah tiba. 2 minggu harus pisah sama teman-teman sekelas. Terutama, Devi, Lala, Nia, Juan, Galih, dan lain-lainnya. Dannn… yang buat aku kangen sekolah lagi itu Mas Rangga. Walaupun masih bisa SMS-an sama dia. Tapi, rasaya bisa lihat dia langsung dan SMS-an itu beda banget.
Liburan kali ini aku pergi ke Madura. Kangen sama ponakan disana, jadi aku lebih memilih untuk liburan ke Madura. Hanya 4 hari disana, aku langsung pulang. Karena rencananya sih, aku mau undang Devi, Lala, Nia, Juan, Galih, dan Mas Rangga ke rumah buat ngerayain tahun baruan. Tapi, itu semua gagal karena ternyata Mas Rangga pergi ke Jakarta dan teman-temanku itu juga belum tentu boleh datang ke rumahku malem-malem. Mungkin karena Mas Rangga enggak enak menolak tawaranku itu, dia ngajak aku nonton di bioskop sepulangnya dari Jakarta. Tapi, tentu saja enggak cuma aku dan Mas Rangga. Ada 2 orang temannya yang juga akan ikut.
Sepulangnya dia dari Jakarta, kita semua langsung jalan ke bioskop empire. “Rangga, kamu tuh ngajak Nisa nonton, tapi cuma kamu diemin!” kata Mas Rizal yang kasihan lihatin aku diem aja. “Lha, ya aku bingung mau ngomong apa”. Aku hanya senyum-senyum aja. “Ini lho, diajak ngobrol dong si Nisanya”. “Apaan, sih Mas Rizal tu? Orang gak ada yang mau diomongin kok” jawab aku dengan malu-malu tapi mau. “Sok malu-malu kucing kalian, tu!” Mas Ikhsan ikut-ikutan ngejek aku.”Udah, ayo masuk theater­-nya aja! Tiket juga udah ada kan?”. “Mas Rangga… itu theater-nya belum dibuka. Mending nunggu di depannya aja!”. “Aduhh, yang manggil itu lho. Mas Rangga…” ejek Mas Rizal untuk kesekian kalinya. Aku langsung cari dudukan di depan theater dan mengalihkan pembicaraan yang buat aku kesal itu.
Setelah menunggu 15 menit, pintu theater akhirnya dibuka juga. Pertama Mas Rizal dan Mas Ikhsan masuk duluan, baru aku dan Mas Rangga. Disini aku cuma cewek sendiri, jadi pasti aku duduk disebelah antara 3 cowok itu. Ternyata aku sebelahan sama Mas Rangga. Tapi, itu emang disengaja banget sama Mas Rizal dan Mas Ikhsan. Aduhhh, rasanya deg-degan banget bisa deket sama Mas Rangga. Tapi, selama satu setengah jam nonton filmnya, aku bisa hitung berapa percakapan aku sama dia. Benar-benar gak ada pembicaraan yang panjang sama dia.
Sesampainya aku di rumah, aku masih bener-bener gak nyangka banget bisa nonton bareng sama Mas Rangga. Baru aja sampek rumah, tiba-tiba ada SMS masuk dari nomor yang gak ada namanya. Bunyi SMS itu, “Dek, rumah kamu dimana? Aku, Ikhsan, sama Rangga mau ke rumahmu ini!” pasti ini Mas Rizal. Langsung aku bales aja “Perum. Nogotirto 5, mas!”. Aku kira mereka hanya lewat rumahku aja. Ehh, ternyata dia berhenti di depan rumahku. Mama ku kira itu temannya kakakku. “Yogi, itu temenmu, ya?” Tanya mamaku. Aku masih belum berani bilang sama mama papa kalau itu adalah kakak kelasku. Lalu, papa ku keluar “Cari siapa, ya?”. “Permisi, ini rumahnya Nisa, ya?” dari suaranya kayaknya itu Mas Rizal yang bicara. “Sebentar, ayo masuk dulu!” papaku membukakan pagar dan langsug panggil aku. “Adekkk, dicariin temenmu!”. “Dekk…??” panggil papa sekali lagi. Dan aku langsung keluar rumah sebelum papa panggil aku untuk ke-3 kalinya.
“Kenapa, mas?”. “Ini, lho Rangga pengen tahu rumahmu!” Mas Rizal mulai membuatku ke-GR-an. “Wehh, ora yo!” bela Mas Rangga. “Terus kenapa, mas?”. Mas Rangga hanya diam saja. Dalam hatiku, aku ketawa lihatin muka dia yang bingung mau jawab apa. “Jujur aja deh, Ngga!” Mas Ikhsan menyenggol Mas Rangga. Terpapang jelas banget muka kesal diwajah Mas Rangga. “Ayo.. ayoo, pulang!” rengek Mas Rangga sambil menarik Mas Rizal yang ada di depan pagarku. “Gimana kamu tu, Ngga?”. “Ayo pulang. Udah dicari ibukku ini aku!”. Mas Rangga langsung nyalain mesin motornya dan Mas Rizal dengan lemas langsung naik motornya. “Udah, ya. Makasih” Mas Rangga langsung tancap gas dan meninggalkan Mas Ikhsan yang masih mau nyalain mesin. Kasian.

JJJ

Sebulan kemudian. Tiba-tiba udah mau UTS 2 lagi. Tidak terasa juga aku udah kenal Mas Rangga hampir 4 bulan. Dari akhir November sampai bulan Maret ini. Tapi, hanya sebatas adek kakak saja. UTS 2 awal bulan Maret akan diadakan. Dan untuk UTS 2 sekarang, kelasku bisa jadi dengan kelas 9. Tapi, entah kelas 9 apa. Aku berharap dengan kelas 9C. Tapi, UTS 1 yang dulu, aku dengan kelas 9A. Jadi, hanya kemungkinan kecil aku bias satu kelas dengan 9C.
“Eh, Nis itu apa, ya? Kok dipapan pengumuman rame gitu?” tanya Lala sambil menyeretku. “Kayaknya itu, pengumuman tentang ruang UTS deh. Lihat aja, yuk?” Lala mengangguk dan langsung turun ke bawah. Melihat dipapan pengumuman dengan suasana rame itu benar-benar butuh perjuangan karena harus pakai jurus tikus. Haha. Akhinya bisa juga lihat pengumumannya. Satu persatu kolom pengumuman itu aku baca dan mencari tulisan 8D. DAN, JRENGG……. KELAS 9C (ABSEN 17-34) & 8D (ABSEN 17-34) RUANG 6. Aku gak bisa ngapa-ngapain lagi selain teriak. Aku langsung lari ke kelas dan teriak-teriak kayak orang kesurupan. “Deviiii… Niaaaa… Juan… Galihh.. aaaaa aku gilaaa!!”. “Heh, kamu kenapa?” tanya Galih yang pasang wajah bingung. “Besok UTS sama 9C, si Nisa kesenengan juga bisa sekelas sama MAS RANGGA!” jawab Lala. “Serius? Pantes aja kamu teriak-teriak kayak orang kesurupan!” ejek Devi. “Yang penting gak beneran kesurupan kan?” candaku. Mereka semua ketawa lihat tingkahku yang agak gila itu. Besok UTS 2, aku harus siap mental biar gak salah tingkah kalau-kalau aku lihat dia. Aku harus belajar untuk gak kesurupan kayak tadi. Yaa, memang aneh. Aku bukan belajar pelajaran, tapi malah belajar begituan. Haha. Tapi, inilah aku.
Tidak seperti biasanya, hari ini aku berangkat lebih pagi. Mungkin karena hari ini adalah hari pertama UTS dan aku mau tahu dimana dia duduk. “Tumben pagi?” tanya papa. “Hari ini kan ulangan. Jadi, harus pagi! Ayo, Pa!”. Aku langsung berangkat dan sampai disekolah sekitar jam 06.30. Rasanya dari gerbang sekolah pengen langsung lari ke ruang 6 itu lihat Mas Rangga. Tapi, mau ditaruh mana muka aku kalau dateng-dateng langsung lari ke ruang 6 yang lebih tepatnya kelas 7F, sedangkan ulangannya masih lama dimulainya. Kan sungguh memalukan dan jadi bahan pertanyaan orang-orang di sekolah.
Jamku menunjukan pukul 07.13, 2 menit lagi bel masuk. Dari kejauhan aku lihat Mas Rangga dan Mas Rizal di depan kelas 7E. Dalam hatiku, aku berdoa semoga bisa sebelahan sama Mas Rangga. Tetttt…. Teetttt….. tettttt….. bel tanda masuk sudah bunyi. Guru-guru pengawas langsung pada siap-siap ngawasin kita-kita yang mau ulangan ini. Betapa beruntungnya aku, hari pertama ini diawasi sama Bu Puji, guru yang paling bisa bikin muridnya serius karena takut kalau diomelin. Dan pastilah suasana kelas akan jenuh kalau cuma duduk dan ngelihatan soal-soal ulangan itu. Pas pintu ruangan udah dibuka, aku langsung cari tempat dudukku dan ngeluarin alat-alat tulisku. Semua alat sudah siap, tas harus dikumpulkan di dean kelas. Ehh, tiba-tiba waktu mau balik duduk ke kursiku, aku lihat Mas Rangga duduk disebelah kananku. Seriusss? Dalam hatiku aku ingin loncat-loncat terus peluk Devi yang lagi berdiri di depanku, tapi aku harus belajar untuk lebih kalem. “Cieeee, Rangga sebelahan sama Nisa” ejek Mas Rizal lagi. “Mas? Udah, deh. Ulangan, ya ulangan! Gak usah ejek-ejek orang!” aku kesal. Mas Rizal hanya ketawa, padahal sih gak ada yang lucu. Aneh.

Waktu terasa cepat sekali. Enggak kerasa udah seminggu ngejalani UTS 2 satu kelas dengan dia. Libur sekolah juga akan semakin sering karena untuk tes pendalaman materi kelas 9. Karena itu pula, setelah selesai UTS 2 itu, aku jadi jarang SMS-an lagi sama Mas Rangga. Suatu hari, dia SMS aku malem-malem banget. Untung waktu itu aku belum tidur. Bunyinya, “Dek, maafin aku ya kalau aku udah gak bisa SMS-an lagi. Aku mau fokus TPM, USEK, UNPRAK, dan UN. Nanti kalau udah habis UN, bisa kok SMS lagi. Makasih udah jadi adekku yang paling lucu”. Seketika, aku langsung gak ada semangat. Aku gak bisa bales SMS-nya lagi. Aku langsung telpon Devi, Lala, Nia. Aku ceritain semua yang di SMS Mas Rangga ke aku. Mereka juga ikutan sedih. Memang mereka sahabat terbaikku. Tapi, ini demi kebaikannya Mas Rangga. Aku juga mau lihat Mas Rangga sukses. Dengan sekuat hati aku balas SMS-nya. “Iya, Mas. Gak apa-apa kok. Semoga sukses UN-nya. Sampai ketemu setelah UN. Sama-sama, mas. Sukses, deh ya pokoknya. Aku selalu mendoakanmu”. Dengan penuh ketidak relaan aku kirim pesan itu. Dan itulah terakhir aku SMS dia hingga nanti jika waktu UN telah tiba.


~SELESAI~

Kamis, 21 Maret 2013

21.03.13

Hari ini tadi abis maen ke SD. Bernostalgia bareng sahabat-sahabat SD. Sumpah ya, kangen banget aku sama masa-masa SD. Waktu aku nge-GENG bareng, waktu aku narsis bareng, ngecengin anak SMADA, terus jajan dikantin bareng. Aku kangenn banget. Tapi, itu udh 2 tahun yang lalu dan gak akan pernah bisa aku lupakan.
Tadi di SD ketemu sama guru-guru SD yang dulu. Tapi, sayangnya sekarang udah banyak guru yang baru :'(( tadi ada Mr. Anton, Bu Sri, Pak Zainudin, Bu Tri, dan guru favoritku Bu Ninik dan Bu Budiyah. kangen banget deh ya waktu diajarin sama guru-guru itu.
Inget banget deh sama Bu Sri guru agama kalo ngajarin tu kalemmm banget. Bu Ninik yang selalu punya metode-metode dalam mengajari murid-muridnya yang belum bisa. Ya Allah, aku kangen banget sama masa-masa SD. Masa-masa dimana aku gak ada masalah sama kakak kelas, masa-masa dimana aku waktu itu disayang banget sama guru dan teman-temanku. Kangennnnn banget:"(((








SPECIAL BANGET DEH MASA-MASA SD ITU!!

Sabtu, 16 Maret 2013

Bruno Mars-Grenade versi Indonesia (lirik lagu)

Mudah datang, mudah pergi, begitulah caramuoh, 
kau mengambil semuanya tapi tak pernah memberi. 
Harusnya kutahu kau adalah masalah sejak ciuman pertama kita. 
Matamu terbuka, kenapa begitu?  

Tlah kuberikan segalanya dan kau buang begitu saja ke tempat sampah. 
Kau buang ke tempat sampah, kau melakukannya. 
Yang kuminta hanyalah berikan seluruh cintamu padaku. 
 Karena yang tak kau mengerti adalah. 
Kan kutangkap granat demi dirimu.  
Kan kuhempaskan tanganku ke belati demi dirimu.
Rela kulemparkan diriku ke depan kereta demi dirimu
Kau tahu kan kulakukan segalanya demi dirimu 

'Kan kutahankan semua luka ini 
Hujamkanlah peluru di otakku 
Ya, aku bersedia mati untukmu, sayangku
 tapi kau tak kan melakukan hal yang sama 
Sampai memar seluruh tubuhku, pukuli aku sampai mati rasa
Sampaikan salamku pada iblis saat kau kembali ke tempat asalmu 
Perempuan gila, perempuan nakal, itulah dirimu, yeah
Kau 'kan tersenyum di depanku lalu memotong rem mobilku

Jika tubuhku terbakar
Ooh, kau 'kan melihatku terbakar dalam bara 
Kau bilang kau mencintaiku, kau pembohong
Karna kau tak pernah membuktikannya, kasih 
Tidak, kau takkan mau melakukan hal yang sama
 Kau takkan mau melakukan hal yang sama 
Ooh, kau tak pernah melakukan hal yang sama

Jumat, 15 Maret 2013

Jangan Umbar Status dan Foto di Media Sosial


TEMPO.CO, Jakarta - Juru bicara Kementerian Komunikasi dan Informasi Gatot Dewa Broto meminta kepada pengguna media sosial, khususnya remaja agar tidak terlalu detail atau rinci mengumbar status dan foto. Dalam dunia maya sebisa mungkin para pengguna menyediakan ruang privasi agar tidak sembarang orang melihat identitas atau profil pemilik akun.
"Kami bukan melarang tapi agar lebih hati-hati menggunakan media sosial," kata Gatot, Sabtu 16 Maret 2013. Tak hanya menuliskan status, tempat, dan keadaan yang detail, para remaja juga terkadang suka mengunggah foto dengan pose-pose seksi.
Hal-hal seperti itu, kata Gatot, yang berpotensi mengundang orang tak dikenal yang punya niat jahat. Sebab internet merupakan media tanpa batas yang bisa diakses oleh hampir semua orang di berbagai wilayah. Oleh sebab itu, para pemilik akun diminta untuk seminimal mungkin mempublikasikan identitas diri hingga hal yang detail.
Gatot tak menampik bila media internet berpotensi mengundang kejahatan namun hal itu bisa dikurangi dengan sikap penggunanya. "Itu sebabnya dari Menkominfo memiliki program edukasi internet sehat dan aman bagi remaja," ujarnya. Ini supaya pengguna internet tidak terjerat Undang-undang Informasi Teknologi dan Elektronik.
Gatot tidak bisa menyalahkan media sosial sebagai pemicu terjadinya pemerkosaan. Mengingat internet merupakan media tak berbatas dan semua kembali ke penggunanya. Dalam konteks pemberantasan konten berbau pornografi misalnya. Gatot menyebut sedikitnya dalam satu menit ada 28 ribu hingga 30 ribu laman atau halaman baru yang berbau pornografi. "Jadi kalau dibasmi satu tumbuh seratus," ujar Gatot.